Potensi Lonjakan Harga BTC Mulai Oktober 2024
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai ada potensi lonjakan harga BTC mulai Oktober 2024 dan raja kripto itu bisa mencetak rekor baru pada September. Selain berdasarkan data historis, keputusan suku bunga The Fed pada FOMC 18 September 2024 menjadi faktor kunci.
Hal itu diasaskan pada situasi bahwa saat ini Bitcoin berada di fase konsolidasi yang disebut dengan Re-Accumulation Range. Fase ini merujuk pada kondisi teknikal untuk menggambarkan fase di mana harga aset, seperti Bitcoin, bergerak dalam rentang yang relatif sempit setelah mengalami kenaikan atau penurunan signifikan.
Pada fase ini, harga cenderung bergerak sideways atau dalam pola yang datar, di mana terjadi akumulasi kembali oleh pelaku pasar sebelum terjadi pergerakan harga yang lebih besar, baik itu ke arah potensi lonjakan harga BTC alias kenaikan (bullish) atau penurunan (bearish).
Dalam konteks pasar kripto, fase Re-Accumulation Range biasanya terjadi setelah Bitcoin mengalami lonjakan harga yang signifikan atau setelah fase distribusi (penurunan) di mana investor besar mengambil keuntungan. Fase ini dianggap sebagai periode di mana pelaku pasar, terutama investor besar, kembali mengakumulasi posisi mereka sebelum terjadinya pergerakan harga berikutnya.
Berdasarkan pola historis, fase Re-Accumulation Range bisa berlangsung selama beberapa bulan, dan seringkali diikuti oleh lonjakan harga yang signifikan jika pasar menunjukkan tanda-tanda bullish atau menunjukkan potensi lonjakan harga BTC. Namun, jika kondisi pasar tetap bearish, fase ini bisa diikuti oleh penurunan harga lebih lanjut.
Harga BTC Digadang Akan Ikuti Jejak Suksesnya Seperti Halving 2016
Potensi Lonjakan Harga BTC Dimulai pada Oktober 2024
Faqih menjelaskan bahwa dalam fase ini, harga Bitcoin cenderung bergerak dalam rentang tertentu tanpa adanya tren yang jelas, tetapi pola ini bisa menjadi indikasi dari pergerakan besar yang akan datang, terutama jika disertai dengan volume perdagangan yang tinggi.
“Berdasarkan pola historis, fase ini bisa berlangsung hingga beberapa bulan sebelum terjadi lonjakan harga yang signifikan. Jika pola ini terulang, Bitcoin bisa mengalami lonjakan harga pada Oktober 2024, seiring dengan reaksi pasar post-halving . Nah, pada siklus sebelumnya, Bitcoin mengalami fase konsolidasi selama 224 hari sebelum akhirnya melonjak. Jika pola ini kembali terulang, Bitcoin berpotensi mencapai harga tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) baru pada akhir September 2024. Potensi lonjakan ini juga diperkirakan akan menarik minat investor retail, yang bisa mendorong permintaan lebih tinggi dan mendorong harga menuju level yang lebih tinggi,” ujar Faqih melalui surel, Kamis, 29 Agustus 2024, seraya menambahkan bahwa ini seiring dengan potensi The Fed akan memangkas suku bunga pada FOMC, 18 September 2024 mendatang.
Jerome Powell Kirim Sinyal Kuat Akan Pangkas Suku Bunga
Data CME FedWatch Tool terkini menunjukkan peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin dan 50 basis poin masing-masing sebesar 65,5 persen dan 34,5 persen. Menurut Fyqieh, keputusan The Fed ini akan menjadi faktor kunci yang menentukan arah pergerakan Bitcoin dalam beberapa bulan mendatang.
“Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga, harga Bitcoin bisa jatuh hingga ke US$55.000, memberikan tekanan tambahan pada pasar,” tukasnya.
Level Penting Harga Bitcoin
Ia menambahkan, secara teknikal dan masih dalam konteks potensi lonjakan harga BTC, kripto bernilai pasar tertinggi itu saat ini berada dalam tren bearish yang lebih besar. Pada 27 Agustus 2024 lalu BTC sempat menyentuh US$64.000 dan gagal bertahan di atas level itu, kini kembali turun di bawah US$60.000.
Sentimen pasar secara keseluruhan dalam jangka pendek masih tetap bearish, dengan banyak trader yang mengambil posisi short pada Bitcoin. September biasanya menjadi bulan yang menantang bagi Bitcoin, dengan data historis menunjukkan bahwa harga cenderung turun rata-rata 5,64 persen dalam periode 2013-2022. Namun, pada September 2023, Bitcoin berhasil mencatat kinerja positif, yang merupakan pertama kali sejak 2016, memberikan sedikit optimisme di tengah pasar yang bearish.
Indikator Super Trend pada time frame 4 hari dan 2 hari menunjukkan, level resistensi utama terletak di sekitar US$68.000, membentuk batas atas pola wedge yang melebar dan menurun. Resistensi lainnya berada di US$64.500 dan US$62.900, yang kini kembali berperan sebagai resistensi setelah penurunan harga baru-baru ini.
Di sisi support, area kuat teridentifikasi di kisaran US$56.000 hingga US$57.000, dengan support level tambahan di US$58.000 dan antara US$60.000 hingga US$61.000. Jika Bitcoin jatuh di bawah kisaran US$56.000–US$57.000, ini bisa memicu penurunan lebih lanjut menuju US$53.000 atau bahkan lebih rendah, tergantung pada kondisi pasar yang ada. [ps]
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Anda mungkin juga menyukai
Lutnick, Cantor Fitzgerald bernegosiasi untuk kepemilikan 5% di Tether: WSJ
Cantor, yang memegang sebagian besar dari $133 miliar cadangan Tether, telah merundingkan kepemilikan 5% dalam penerbit stablecoin tersebut dalam setahun terakhir, menurut The Wall Street Journal.
Token AI INJ, GRT, RENDER Lead Altcoin Rally Dengan Bullish Breakout
Australia akan mengadopsi model pelaporan kripto OECD untuk transparansi pajak
Korea Selatan Mengonfirmasi Pajak Crypto pada tahun 2025 dengan skema 20% yang direvisi