Bitcoin Jatoh ke $60K Efek Dari Serangan Iran ke IsraelHarapan ‘Uptober’ Pupus di Tengah KeteganganDampak Lebih Dalam dari Konflik Geopolitik
Pasar mata uang kripto kembali terguncang ketika ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel mencapai puncaknya. Kejadian ini berdampak langsung pada harga Bitcoin, yang selama ini dianggap sebagai “emas digital” atau aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Namun, kenyataannya kali ini berbeda. Ketika berita mengenai serangan misil Iran terhadap Israel mulai tersebar luas, harga Bitcoin jatuh drastis.
Dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin telah dipandang sebagai alternatif bagi emas, yang dikenal sebagai aset safe haven saat ketidakpastian ekonomi dan politik meningkat. Namun, dalam konteks ketegangan yang memanas di Timur Tengah, Bitcoin justru gagal berperan sebagai pelindung nilai yang diharapkan.
Harga kripto tersebut terus merosot ke level terendahnya di bawah $62.500, membalikkan ekspektasi banyak pihak yang mengira Bitcoin akan tetap kuat di tengah situasi krisis. Kondisi ini mencerminkan ketergantungan harga Bitcoin pada stabilitas global dan kepercayaan pasar.
Reaksi pasar kripto terhadap ketegangan antara Iran dan Israel mengungkapkan kelemahan fundamental Bitcoin sebagai aset yang sering dipromosikan sebagai pelindung nilai di saat krisis. Investor yang semula mengandalkan Bitcoin sebagai tempat berlindung justru terkejut dengan volatilitas tajam yang terjadi. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas Bitcoin dalam menghadapi guncangan geopolitik dan menegaskan kembali pentingnya stabilitas dan kepercayaan dalam dunia investasi, terutama untuk aset yang belum sepenuhnya mapan seperti mata uang kripto.
Pasar Kripto Kacau, Disapu Gelombang Perang Iran-Israel
Konflik geopolitik antara Iran dan Israel telah memicu badai besar yang mengguncang pasar kripto secara global. Setelah Iran melancarkan serangan misil sebagai respons terhadap operasi militer Israel di Lebanon, ketidakpastian semakin mendalam dan langsung terasa di berbagai sektor keuangan, termasuk pasar aset digital yang sangat sensitif terhadap berita besar semacam ini.
Dalam kurun waktu hanya 24 jam, lebih dari $351 juta terhapus dari pasar kripto, menunjukkan betapa cepat dan kerasnya dampak dari eskalasi ketegangan ini.Bitcoin, yang selama ini dianggap sebagai pemimpin pasar kripto dan kerap disebut sebagai aset “aman” atau “emas digital”, justru mengalami penurunan tajam.
Bukan hanya Bitcoin yang terseret dalam badai geopolitik ini, tetapi juga aset-aset besar lainnya seperti Ethereum dan Binance Coin, yang turut mengalami kemerosotan harga. Kejatuhan ini semakin memperjelas betapa rentannya pasar kripto terhadap peristiwa geopolitik, di mana berita konflik bisa menghapus nilai triliunan dalam sekejap mata.
Harapan ‘Uptober’ Pupus di Tengah Ketegangan
Sebelum ketegangan Iran-Israel meletus, pasar kripto sempat memasuki awal Oktober dengan optimisme tinggi. Ada proyeksi yang menyebut bulan ini sebagai ‘Uptober’ istilah yang digunakan oleh komunitas kripto untuk menggambarkan lonjakan harga yang biasanya terjadi pada Oktober. Optimisme ini didorong oleh kinerja pasar kripto yang solid pada minggu-minggu sebelumnya, di mana banyak aset, termasuk Bitcoin, menunjukkan tren naik yang kuat. Investor berharap bahwa reli ini akan terus berlanjut dan memberikan keuntungan besar.
Namun, serangan misil Iran mengubah segalanya. Harapan untuk ‘Uptober’ yang cerah seketika berubah menjadi kabut ketidakpastian yang mengaburkan arah pasar. Ini bukan kali pertama konflik Iran-Israel mengguncang pasar kripto. Pada April lalu, serangan drone dan misil Iran ke Israel sudah memicu penurunan Bitcoin hingga 8%, sebuah angka yang cukup besar untuk sebuah aset yang dipandang stabil oleh sebagian investor. Kali ini, dengan intensitas konflik yang lebih tinggi, kerugian yang diderita pasar kripto bisa saja lebih parah.
Dampak Lebih Dalam dari Konflik Geopolitik
Sejarah menunjukkan bahwa pasar kripto selalu merespons dengan volatilitas tinggi setiap kali ada peristiwa geopolitik besar, entah itu konflik bersenjata, ketegangan diplomatik, atau ketidakpastian ekonomi global. Serangan antara Iran dan Israel bukan hanya menambah lapisan ketidakpastian pada situasi di Timur Tengah, tetapi juga mengirimkan sinyal kuat kepada investor bahwa aset digital belum sepenuhnya mampu bertahan dari gejolak global.
Jika tren seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin volatilitas tinggi di pasar kripto akan semakin memicu likuidasi besar-besaran. Investor, baik ritel maupun institusional, akan memilih untuk menjual aset mereka lebih cepat demi menghindari kerugian yang lebih besar, menciptakan gelombang jual yang memperparah situasi. Pasar kripto yang sudah berada di bawah tekanan akibat ketidakpastian makroekonomi, kini semakin terguncang oleh ketegangan geopolitik, menjadikannya medan yang tidak ramah bagi para investor yang mencari kestabilan.
Perang Iran-Israel menunjukkan bahwa, terlepas dari potensi besar dan inovasi yang dibawa oleh teknologi blockchain, pasar kripto masih sangat rentan terhadap dinamika politik global. Rentetan kejadian ini menjadi pengingat bahwa meskipun kripto menawarkan potensi keuntungan besar, ia juga membawa risiko besar, terutama ketika dunia berada di tengah pusaran konflik besar.
Baca juga Stimulus Ekonomi Cina Dorong Lonjakan Bitcoin
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Anda mungkin juga menyukai
FBI menyita ponsel dan barang elektronik milik CEO Polymarket: laporan
Peretas Bitfinex Ilya Lichtenstein dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena mencoba mencuci 120.000 bitcoin
Ringkasan Singkat Jaksa merekomendasikan pengurangan hukuman Lichtenstein karena kerjasamanya dalam penyelidikan dan penyelidikan terkait kripto lainnya. Hukuman untuk istri Lichtenstein dan rekan konspiratornya, Heather "Razzlekahn" Morgan, dijadwalkan pada 18 November.
Trump tunjuk mantan Ketua SEC Jay Clayton sebagai Jaksa AS untuk Distrik Selatan New York
Ringkasan Singkat Jay Clayton, yang menjabat sebagai ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS dari 2017 hingga 2020 di bawah pemerintahan Trump sebelumnya, dinominasikan pada hari Kamis. Selama masa jabatannya di SEC, Clayton mengajukan kasus terkenal melawan Ripple.
Bitcoin bisa mencapai 'rekor tertinggi berulang' selama dua kuartal berikutnya, kata pemimpin riset kripto VanEck
Matthew Sigel, Kepala Penelitian Aset Digital VanEck, mengatakan bahwa reli bitcoin dapat berlanjut hingga tahun 2025. Momentum bullish bitcoin setelah pencalonan presiden Trump mirip dengan reli yang terjadi setelah pemilihan 2020 yang menempatkan Demokrat Joe Biden, katanya.