Klarifikasi Tether Soal Tuduhan Pencucian Uang, Ada Kepentingan Politik?
Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia, membantah laporan WSJ yang mengklaim perusahaan tersebut sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS (DOJ) terkait dugaan pencucian uang dan pelanggaran sanksi.
Laporan itu menyebutkan bahwa otoritas AS menyelidiki kemungkinan penggunaan Tether stablecoin USDT oleh pihak ketiga untuk membiayai perdagangan narkoba, terorisme, dan aktivitas pencucian uang.
Selain itu, Departemen Keuangan AS diduga mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan itu karena Tether stablecoin USDT banyak digunakan oleh entitas yang masuk daftar sanksi, termasuk Hamas dan pedagang senjata Rusia.
Namun, Paolo Ardoino, CEO Tether, dengan cepat menepis klaim tersebut. Ardoino menegaskan bahwa perusahaannya tidak sedang diinvestigasi dan menilai laporan WSJ sebagai spekulasi yang tidak berdasar.
“Seperti yang kami sampaikan kepada WSJ, tidak ada indikasi bahwa Tether sedang diselidiki. WSJ hanya mengulang isu lama,” jelasnya, Sabtu (26/10/2024).
Pihaknya juga mengecam WSJ karena pelaporannya yang dinilai tidak bertanggung jawab dan menyebarkan ketidakpastian.
“Kisah-kisah ini didasarkan pada spekulasi murni, meskipun Tether telah mengonfirmasi bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan tentang adanya penyelidikan semacam itu terhadap perusahaan,” sebagaimana dinyatakan dalam klarifikasi resminya.
Rekam Jejak Kerja Sama Tether dengan Penegak Hukum
Pihak tether menekankan bahwa laporan WSJ mengabaikan kerja sama ekstensif perusahaan dengan penegak hukum untuk memberantas aktivitas kriminal.
Tether menegaskan bahwa hingga saat ini, mereka telah bekerja sama dengan 180 lembaga di 45 yurisdiksi dan berhasil membekukan lebih dari 1.850 dompet Tether stablecoin USDT yang terlibat dalam aktivitas ilegal.
Perusahaan juga memblokir transaksi senilai lebih dari US$225 juta dan memulihkan hampir US$114 juta sebelum ada perintah resmi.
Pada September 2024, perusahaan tersebut memperkuat langkah antikejahatan dengan membentuk External Investigations Unit, yang terdiri dari mantan aparat penegak hukum, jaksa, dan analis forensik.
Perusahaan yang mengeluarkan Tether stablecoin USDT tersebut menyayangkan pihak WSJ yang secara sembrono mengklaim hal tersebut.
“Artikel tersebut juga dengan sembarangan mengabaikan keterlibatan Tether yang terdokumentasi dengan baik dan luas dalam kerja sama dengan penegak hukum untuk memberantas pelanggar yang berusaha menyalahgunakan Tether dan cryptocurrency lainnya,” tuturnya.
Spekulasi Motif Politik di Balik Tuduhan WSJ
Selain dampak hukum dan ekonomi, tuduhan ini juga memicu spekulasi adanya motif politik. Howard Lutnick, CEO Cantor Fitzgerald, dikenal sebagai pendukung Donald Trump dan memiliki hubungan bisnis dengan Tether.
Howard Lutnick, CEO Cantor FitzgeraldCantor Fitzgerald telah menjadi kustodian utama cadangan Tether stablecoin USDT sejak 2021. Lutnick bahkan menyatakan dalam wawancara bahwa perusahaannya menyimpan “sebagian besar” cadangan dan menegaskan bahwa perusahaan tersebut memiliki aset yang cukup untuk mendukung USDT.
Nic Carter, seorang mitra di Castle Island Ventures, mengklaim bahwa penyelidikan ini kemungkinan bermotif politik.
“Mereka datang untuk Tether karena Lutnick adalah pendukung besar Trump,” tulisnya di X.
Carter menuduh bahwa kebocoran informasi penyelidikan ini disengaja dan bertujuan untuk merusak citra calon presiden AS, Donald Trump dan industri kripto secara keseluruhan
Dampak Rumor Penyelidikan terhadap Pasar
Kabar tentang dugaan penyelidikan ini menimbulkan ketakutan di pasar kripto, terlebih pada Bitcoin sebagai aset utama pada industri kripto saat ini.
Berita ini memicu aksi jual besar-besaran di pasar, yang mengakibatkan penurunan harga Bitcoin yang sempat menembus level US$66.000 setelah rumor tersebut beredar.
Penurunan Harga Bitcoin Pasca Klaim WSJDampak ini mengingatkan pasar pada gejolak yang terjadi ketika Binance dan CEO-nya, Changpeng Zhao, didakwa melanggar undang-undang pencucian uang, yang juga mengguncang pasar saat itu.
Di tengah situasi ini, Ardoino menegaskan kembali bahwa Tether akan tetap beroperasi secara transparan dan mendukung stabilitas pasar kripto .
Dengan klarifikasi ini, pihaknya berharap dapat meredakan kekhawatiran pasar dan memulihkan kepercayaan terhadap Tether stablecoin USDT di tengah situasi yang tidak pasti. [dp]
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Anda mungkin juga menyukai
Mastercard dan JPMorgan Merevolusi Pembayaran B2B dengan API Blockchain
VeChain Meluncurkan Dukungan VeBetterDAO: Kemenangan bagi Pemegang VET dan Node
Maraton Mengumpulkan US$1 Miliar untuk Bitcoin dan Strategi Manajemen Utang
Kreditur FTX Menunggu Resolusi saat Reorganisasi Dilanjutkan pada Januari 2025